Saturday, March 1, 2014

HIDUP INI GAK ADIL!

"HIDUP INI GAK ADIL!" - Rina.

Jum'at kemarin, 28 Februari 2014.

"Unge ... ibu-ibu mie ayam ada di kantin gak?"
"Ada kok rin. Tadi, ada yang beli mie ayam gue liat."
"HA? SERIUS ADA?!"
"Iyaaaaaaaaa"

JENG!
Kemudian, mata, wajah dan senyuman Rina begitu juga aku kembali merekah.

"SAA AYO SAA KITA HARUS CEPETTT!!!"
"Yahhh.. aku gak bawa uang banyak hari ini rin... gimana dong?"
"Lah, emang kamu bawa berapa?"
"Uang ku tinggal 3 ribuu..."
"-_- .... yaudah, pake uangku aja dulu. Yuk!"
"Iyaaaa iyaaaaa... tapi ke kamar mandi dulu ya rin? Bentar ajaaa..."
"Iya! aku juga nih sa! Ayo!"

*setelah dari kamar mandi
Aku melangkahkan kaki ku kembali ke kelas. Tiba-tiba Rina menarik tanganku cepat "AYOO SAA!!"
Dan saat itu, aku kembali teringat tentang yang akan kita incar berdua di kantin Jum'at siang itu.
Kami tidak berjalan lenggak lenggok seperti biasa yang kami lakukan saat kami menuju kantin sekolah kami. SMAN 8 TANGERANG.
Kali ini, Rina menarik tanganku dengan erat dan kami melakukan gerak jalan cepat menuju kantin. "Rin... pelan-pelan ajaa.." sahutku dengan nafas tersengal-sengal. "Gak bisa sa! Kita harus GeCe!" sahut Rina dengan melangkahkan kakinya lebih cepat lagi. Aku juga harus menyamakan gerak langkah ku dengan Rina.

Saat kami hampir tiba di kios ibu-ibu mie ayam, Rina akhirnya melepas tangannya yang sedari tadi menarikku terbang menuju kantin. Dan seketika hatiku mengucapkan syukur. Tapi, hati ku harus berubah pikiran. Menarik rasa syukur itu kembali sirna. Rina, kembali menarik, kali ini bukan tanganku, tetapi baju ku. "Saaaa... GeCe saaaa!! Ayoooo!!!!"
"Iii.. iyaa rin" ucapku pasrah.

Lalu, terlihat kios ibu mie ayam yang cukup ramai. Tetapi hanya dipenuhi murid perempuan saja. Jarang terlihat laki-laki, karena murid laki-laki sedang melaksanakan Shalat Jum'at. Sebenarnya, hatiku tidak terlalu yakin akan mie ayam. Tetapi, berbanding kebalik dengan Rina. Dia sangat semangat dan yakin akan mie ayam itu.

Kemudian, kami meliuk-liuk di gerombolan siswi dan akhirnya kami berhasil mendekati rak lauk pauk milik ibu mie ayam. Saat itu juga, Rina dengan semangat45-nya memanggil ibu-ibu mie ayam.
"Bu.. bu.. ada mie ayam gak?"
Tak terdengar jawaban dari si ibu mie ayam. Memang, keadaan kantin saat itu sedang berisik apalagi gerombolan siswi masih ada di sekitar kios ibu mie ayam. Aku hanya berdiri di samping Rina. Menunggu jawaban juga dari si ibu mie ayam. Hasilnya nihil. Rina kembali memanggil ibu mie ayam.

"Buuuu.... mie ayam adaa??" teriak Rina. Dan, sepertinya kita harus kembali menunggu kepastian dari ibu mie ayam. Ibu mie ayam sedang melayani pembeli lain. Saat itu, kami menunggu beberapa detik. Mencoba bersyukur sejenak karena setelah penantian panjang, akhirnya kami akan segera mengisi istirahat panjang kami di hari Jum'at dengan menyantap mie ayam yang lezat tanpa mechin. Dan bersyukur juga, ternyata ibu mie ayam tidak mengingkari janjinya untuk kembali berjualan setelah menghilang hampir 3 minggu.

Dan, untuk terakhir kalinya, dengan mantap. Rina mencoba bertanya lagi dengan sangat yakin kalau mie ayam akan dimilikinya nanti. "Buuuu, mie ayam dongggg..." ucap Rina dengan kesungguhan hatinya. Saat ku lihat dia, matanya memang sedang menyimpan sebuah harapan untuk mie ayam. Dan harapan agar tidak di kacangin kembali oleh si ibu mie ayam. Aku tetap berada di samping Rina.

Dan kemudian, ibu mie ayam menatap Rina. Dan ku lihat ibu mie ayam akan mengatakan jawaban dari pertanyaan yang telah dinanti-nanti oleh kami berdua. Saat itu juga, kami menatap mata ibu mie ayam dengan berharap ia akan memberikan kami sebuah jawaban yang sangat berharga untuk diri kami. Kami berdua mengiraukan suara bising yang ada di kantin. Ibu mie ayam terlihat siap untuk memberikan kami jawaban dari penantian panjang kami untuk mie ayam. Dan, benar. Ibu mie ayam memberikan kami sebuah jawaban. Dan kami siap untuk mendengarnya.

"Mie ayam, habis."
...................................................................................
..........................................................................
..................................................................
......................................................
..........................................
..................................
.........................
.....................
..............
........
...
..
.
NGEK!

Sedikit melatih imajinasi ...
bayangkan saja suasana kantin yang hiruk pikuk
yang penuh dengan orang-orang
sedang menikmati sajian nikmat di kantin
berbagi cerita bersama di bangku kantin
bercanda ria
sungguh sangat mengasyikkan

Tapi ....

seketika suasana itu berubah
berubah ke arah yang tidak lah baik
seakan-akan ...
suasana kantin sepi
tak ada siapapun, kecuali aku, Rina, dan Ibu Mie Ayam

Angin berhembus kencang
Tak ada suara hiruk pikuk
Hening...
Dan seketika, langit berubah menjadi abu-abu
Gemuruh mulai bernyanyi
Buliran air yang jatuh di langit mulai menyirami kami
sedikit demi sedikit
membuat kami menyatu dengan suasana itu

Hati kami sama persis dengan suasana saat itu
Hancur,
Hening,
Hingga air mata kami, jatuh di permukaan bumi bersamaan dengan hujan .........

NGEK!

Itulah gambaran perasaan kami saat itu,
itulah gambaran tatapan kami saat itu,
dan itulah yang kami katakan setelah mendengar jawaban itu.

NGEK!


Kami berdua berjalan mundur dari kios ibu mie ayam itu. Kami berdua berjalan menuju suatu tempat yang bisa menampung kami sebentar. Menampung kami agar tidak jatuh pingsan. Kami berdua berjalan menuju sebuah bangku kantin. Kemudian, kami berdua duduk di sana. Aku duduk di samping Rina. Mata kami berdua sama-sama menatap ke depan. Hening. Hening hanya terjadi diantara kami berdua. Suasana kantin sebenarnya semakin bising. Tetapi, keheningan yang kami sedang rasakan saat itu. Aku akhirnya keluar dari keheningan. Aku menatap Rina. Tatapannya tak seperti biasa. Tatapannya tak lagi sama. Tatapannya kali ini berbeda. Kosong. Kemudian, Rina keluar dari suasana keheningan itu. Dia menatapku. Kami berdua saling menatap. Mata kami berdua sama isinya. Kosong. Pikiran kami juga tidak menentu. Kemudian, Rina mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Menatap sesuatu tapi tak bermakna.

"Rin ...." sahutku. Aku berusaha menyadarkan Rina.
"Sa...*sigh" balas Rina dengan hembusan nafas yang mencerminkan kekecewaan.
"Kita gagal rin..." kata ku.
"Sa... tiba-tiba tubuhku terasa sangat lemah. Aku kecewa sa! aku kecewa! Kenapa kita harus gagal lagi?!" keluh Rina.
"Trus gimana dong?" tanyaku. Aku pun bingung harus bagaimana. Rina tak menjawab.
"Udahlah... mungkin lain kali kita bisa dapat mie ayam itu. Sekarang, kamu mau jajan apa?" tanyaku. Aku mecoba sabar dengan jawaban dari ibu mie ayam itu yang sempat membuat kami hampir kehilangan kesadaran dan mencoba untuk memotivasi Rina. Ku pikir, mungkin hari ini kita belum bisa dapat mie ayam itu, mungkin waktu yang akan datang. Dan aku teringat, Rina dari istirahat pertama, ia hanya makan setengah roti cokelat yang kubawa. Ia tak membawa bekal seperti biasanya. Dia bilang, pagi itu dia merasa mual dan tak nafsu untuk makan. Jadi, dia memutuskan untuk tidak membawa bekal. Dan, alasan lainnya, ia bisa bawa uang lebih agar bisa jajan mie ayam untuk menggantikan bekalnya. Rina menggeleng kepalanya pelan. Tatapannya masih menggambarkan kekecewaan.

"Kamu mau jajan apa rin? Kamu harus beli makan, karena kan tadi kamu gak bawa bekal. Trus, cuma makan setengah roti doang.." jelas ku.
Rina tak menjawab. Dia menunduk. Mendengus kesal bercampur kekecewaan. Kemudian, dia berjalan menuju kios ibu mie goreng. "Beli apa jadinya rin?" tanyaku lagi. "Beli mie aja sa." jawab Rina.
Aku tetap duduk di kursi kantin. Rina memesan mie goreng instan. Dan dia berdiri di hadapanku. Masih dengan curhatan kekesalannya. Ia mendongakkan kepalanya ke atas dan berteriak kecil "AHH!! HIDUP INI GAK ADIL!" Ia kembali menatapku. Memasang raut muka cemberut. Aku hanya tertawa geli melihat dia berteriak seperti itu. Dia memang orang yang sangat dramastis. Mukanya semakin cemberut karena aku tertawa. "Aku tak kuat lagi dengan hidup ini sa. Hidup ini bener-bener gak adil. Dunia ini bener-bener gak adil. Aku lemah. Rasanya aku ingin mati di sini." jelas Rina. "Kamuuu iniiii... udahlah, kan sekarang kamu beli mie juga..." kataku "Yaaaaa... tapikan beda sa. Ini kan mie instan. Beda sama mie ayam." jawab Rina dengan nada kesal saat menyebut kata mie ayam. "Yaaa tapi kan namanya hampir sama.. ada mie-mie juga.." hiburku. "Aku masih kesal, sakit hatiiii saaa. Sakit hati inii! Nih ya, kita tuh udah nunggu hampir 3 minggu!Hampir sebulan lah!" kesal Rina. "3 minggu? sebulan?" tanyaku tak percaya sambil tertawa geli. "Ya Allah ... selama ini kamu ngitungin??" tanyaku tak percaya lagi. Rina tertawa "Hahaha .. iyaa hahaha" kami berdua kembali tertawa. Aku benar-benar tak percaya, Rina menghitung penantian kami selama ini. Anak ini memang lah... sahut hati ku. Hahaha.

"Huhuhuu ... Hidup ini gak adil, sha! Aku tak kuat terlalu lama menahan beban sakit hati ini..Aku tak kuat untuk berjalan kembali ke kelas sa.." ucap Rina. Aku hanya bisa tertawa karena dia memang Ratu Dramastis. Tertawa karena dia menggunakan kata-kata novel. Dia berbakat juga di bidang akting, pikirku. Tapi, tetap saja masih jago-an aku. Saat akting pura-pura marah saja, dia tertawa. Tak bisa berpura-pura marah.

Kemudian Rina kembali ke kios untuk mengambil mie goreng yang telah dia pesan. Dan, kami berdua kembali ke kelas. Rina tak hentinya berceloteh. "Dengan terpaksa, aku membeli ini saa. Semoga ini bisa menutup sedikit rasa sakit di hati ini." ucapnya sambil menunjukkan mie goreng itu kepadaku. "Sudah lah Rinn... Mungkin Allah sedang menguji kita. Mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita terhadap mie ayam. Kita harus menerimanya Rin. Allah mungkin sedang menyiapkan mie ayam special buat kita nanti." ucapku dengan sedikit sok di dramastis kan. Dan kami berdua kembali tertawa mengingat kemalangan yang terjadi pada kami saat itu. Dan akhir kata dari kemalangan tentang mie ayam itu adalah NGEK!

No comments: